Benarkah Pulau Kalimantan Sangat Aman dari Ancaman Gempa Bumi
Kamis, 04 Oktober 2018
Edit
Visualisasi gempa,
kecil-menengah-besar di Indonesia dalam kurun waktu 40 tahun, 1973-2013.
Intisari-Online.com
- Tak lama berselang setelah kabar
gempa dan tsunami melanda Donggala dan Palu, Jumat (28/9/2018) pukul 18.02
WITA, beredar sebuah ilustrasi yang menunjukan titik-titik wilayah di Indonesia
yang pernah terjadi dalam kurun waktu 1973-2013.
Dalam
foto tersebut terlihat betapa banyak dan seringnya gempa menimpa wilayah di
Indonesia.
Namun,
jika dicermati lebih teliti ada sebuah fakta unik dari ilustrasi tersebut:
pulau Kalimantan nyaris 'bersih' dari jejak gempa.
Ya,
pulau yang sering digadang-gadang sebagai lokasi ideal jika kelak ibu kota
Indonesia dipindah dari Jakarta jarang sekali mengalami gempa.
Namun,
benarkah Pulau Borneo sangat aman dari ancaman gempa bumi, dan juga tsunami?
Mengutip
laman geomagz.geologi.esdm.go.id, sejatinya Pulau Kalimantan tidak
sepenuhnya lepas dari potensi terjadinya gempa bumi.
Ini
terbukti dari kejadian gempa bumi magnitudo 6 yang terjadi pada 5 Juni 2015 di
wilayah Ranau dan gempa bumi magnitudo 5,7 yang berpusat di 413 km timur laut
Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara pada 25 Februari 2015.
Hingga
kini, data penelitian kegempaan di Kalimantan memang masih minim.
Secara
garis besar, gempa bumi di Indonesia disebabkan oleh zona tumbukan antara
Lempeng Eurasia dengan Lempeng Indo-Australia.
Menurut
Minster dan Jordan (1978 dalam Yeats, 1997), Lempeng Eurasia yang bergerak ke
arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm per tahun bertumbukan dengan
Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan sekitar 7
cm per tahun.
Zona
tumbukan ini berada di sebelah barat Pulau Sumatra, selatan Pulau Jawa, hingga
selatan Bali dan Nusa Tenggara, dan membentuk palung laut yang dikenal sebagai
zona subduksi.
Sementara,
letak Pulau Kalimantan yang jauh dari zona subduksi membuatnya lebih stabil
secara tektonik.
Namun,
benarkah Pulau Kalimantan lebih aman dari kejadian gempa bumi?
Ternyata
jawabannya tidak.
Pulau
Kalimantan masih memiliki risiko diguncang gempa.
Risiko
guncangan gempa diperkuat dengan adanya endapan batuan yang lunak di morfologi
dataran Pulau Kalimantan.
Sementara
itu, perlu diingat Pulau Kalimantan memiliki struktur geologi yang didominasi
oleh sesar dan lipatan, dua faktor yang bisa memicu terjadinya gempa bumi.
Secara
umum sesar-sesar di Pulau Kalimantan mempunyai tiga arah, yaitu utara –
selatan, barat laut – tenggara, dan barat daya – timur laut.
Lipatan
yang terdapat pada bagian timur Kalimantan pada umumnya berarah barat daya –
timur laut.
Pola
struktur geologi tersebut terbentuk akibat aktivitas tektonik yang terjadi
sebelumnya.
Berdasarkan
kompilasi data dari beberapa peneliti (Hamilton, 1979; Moss; Simons dkk., 2007;
Hutchison, 2007), diperoleh beberapa nama sesar di Pulau Kalimantan.
Yakni,
Sesar Tinjia di Serawak, Sesar Adang di Kalimantan Barat, Sesar Sangkulirang di
Kalimantan Timur, Sesar Paternoster di Selat Makassar.
Di
samping itu, juga terdapat penunjaman Borneo di barat laut Sabah, penunjaman
Sulu di timur laut Sabah, dan penunjaman Sulawesi Utara di timur Kalimantan
Utara dan Kalimantan Timur.
Inilah
yang menyebabkan Pulau Kalimantan tidak sepenuhnya lepas dari risiko gempa
bumi.
(TribunTravel.com/Rizki
A. Tiara)
Sumber : intisari.grid.id