Kisah Bripda Eka Yuli Andini, Anggota Polwan yang Tak Malu Nyambi Jadi Penambal Ban
Minggu, 23 September 2018
Edit
Meski
masyarakat kerap memandang minor institusi Kepolisian karena ulah segelintir
oknumnya, ternyata masih ada banyak dari mereka yang justru tak sungkan
mengerjakan profesi yang tergolong milik ‘wong cilik’. Salah satunya adalah
Bripda Eka Yuli Andini, anggota Sabhara Polresta Salatiga. Ia tak sungkan
menjadi seorang penambal ban meski telah memiliki pangkat sebagai seorang
aparat penegak hukum.
Meski
awalnya sempat minder saat hendak mendaftar menjadi Polisi, Eka tetap optimis
diterima karena cita-citanya yang ingin membantu ekonomi keluarga dan
mengangkat derajat orangtua. Bahkan, setelah ia berhasil menjadi anggota
Polwan, kebiasaanya dahulu sebagai penambal ban, tetap dilakoninya tanpa kenal
rasa malu. Bagaimana lika-liku kehidupannya hingga sukses? Simak ulasan
berikut.
Sosok
sederhana yang berusaha menggapai mimpinya
Bripda Eka di bengkel miliknya [sumber gambar]Menjadi
seorang anggota Polisi, awalnya tak terlintas dari sosok anak sulung dari
pasangan Sabirin dan Darwanti ini. Selain imej pendaftaran aparat yang
lekat dengan uang sogokan, Eka juga menyadari latar belakang ekonomi
keluarganya. Sang ayah hanyalah seorang tukang tambal ban. Sementara sang bunda
berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Ia bahkan sempat berpikir, hal tersebut
sangat sulit diraihnya.
“Awalnya,
bapak ibu sempat mikir-mikir, takut kalau dikenai biaya. Kalau orang umum
mandangnya kan harus bayar berapa ratus juta gitu kan?” kata Bripda Eka
yang dilansir dari regional.kompas.com.
Berawal
dari sosialisasi penerimaan polwan di sekolah
Bripda Eka saat upacara bersama rekan-rekannya
[sumber gambar]Namun, titik
terang mulai menghampiri diri Eka tatkala adanya sosialisasi penerimaan polwan
yang dilakukan oleh Polresta Salatiga di SMKN 2 Salatiga, tempatnya bersekolah.
Menurut informasi yang ia terima, menjadi polisi tidak dipungut biaya apa-apa
alias gratis. Eka pun akhirnya semangat untuk mendaftar. Sayang, ia kemudian
menjadi bimbang karena di sisi lain, hendak mewujudkan cita-citanya berkarir di
dunia broadcasting. Sesuai jurusan Teknik Komputer dan Jaringan yang ia
tempuh di sekolah.
“Saya
kepenginnya kerja di broadcasting di televisi nasional karena saya suka animasi
dan editing. Tapi, saat ada sosialisasi penerimaan polwan dikatakan gratis,
dalam hati, saya pengen juga jadi polisi,” ujarnya yang dilansir dari regional.kompas.com.
Sempat
minder dan akhirnya lolos sebagai polwan
Bripda Eka sempat minder saat
mendaftar [sumber gambar]Saat hendak
mendaftar, Eka sejatinya tidak percaya diri karena mempunyai tinggi badan hanya
156 sentimeter. Namun berkat dorongan yang kuat dari teman-teman dan gurunya di
sekolah, ia pun akhirnya mendaftar dan mengikuti proses seleksi Secaba Polri di
Semarang. Tak disangka, Eka justru lolos bersama seorang temannya dan berhak
mengikuti pendidikan calon bintara Polri.
“Akhirnya
daftar juga meskipun sempat minder karena tinggi badan saya ngepres. Saat itu,
saya daftar bareng satu sekolah ada 20 orang. Alhamdulillah, ada dua yang
diterima, salah satunya saya,” ujar Eka yang dilansir dari regional.kompas.com.
Menjadi
Polisi yang berprestasi
Bripda Eka berhasil menjadi polisi
yang berprestasi [sumber gambar]Selama
mengikuti pendidikan, Bripda Eka juga termasuk siswa yang berprestasi di
Sekolah Calon Bintara (Secaba) di Pusdik Binmas Lemdikpol, Banyubiru, Ambarawa.
Yang membanggakan, dirinya juga berhasil masuk di peringkat 7 dari total 7.000
peserta saat menjalani pendidikan kepolisian se-Indonesia tersebut. Hal ini dikarenakan
Bripda Eka senantiasa mengingat akan niat mulianya saat hendak mendaftar
sebagai anggota polisi.
“Motivasi
saya hanya satu, ingin membantu ekonomi keluarga dan mengangkat derajat
orangtua,” kata Eka yang dilansir dari regional.kompas.com.
Tak
malu dan tetap pede tekuni profesi sebagai penambal ban
Bripda Eka tetap menambal ban meski
telah jadi anggota polisi [sumber gambar]Meski telah
sukses menjadi seorang anggota polisi, Bripda Eka tak lantas berubah secara
drastis. Terbukti, ia masih setia melakukan tugasnya sebagai penambal ban di
sela kesibukannya berdinas sebagai polisi Satuan Sabhara Polresta Salatiga. Hal
ini juga dilakukan juga sebagai bentuk dirinya membantu pekerjaan orang tua.
Terlebih, sang ayah pada saat itu tengah dirawat di RSUD Salatiga karena
menderita kanker paru-paru.
“Saya
bergantian dengan adik dan ibu saya menjaga ayah di rumah sakit. Kalau ada yang
nambal ban atau isi angin, tetap saya layani,” ujar Eka yang dilansir dari
regional.kompas.com.
Hebat
ya Sahabat Boombastis! Meski telah sukses menjadi Polisi dan memiliki
kedudukan, Bripda Eka tak sungkan nyambi menjadi seorang penambal ban.
Sebuah contoh nyata yang melukiskan, bahwa pangkat dan jabatan tak lantas harus
menjadikan seseorang kehilangan jati dirinya. Seperti kisah di atas, kalau
sudah sukses jangan Sombong ya
Sumber : boombastis.com