“Diretas” 1,5 Juta Data Penduduk Singapura, Termasuk Perdana Menteri Lee
Senin, 23 Juli 2018
Edit
Singapura diterjang masalah. Negara tetangga
Indonesia tersebut diserang peretasan yang disebut media lokal sebagai serangan
siber terparah yang pernah mereka alami.
Dalam peretasan ini, hacker menyasar
institusi kesehatan terbesar di Singapura, SingHealth. Kemudian, para hacker
mencuri data pribadi dari sekitar 1,5 juta pasien, termasuk detail resep
obat untuk 160 ribu orang.
Bahkan, salah satu korban peretasan ini
adalah Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong. Hal ini diungkap oleh
Kementerian Kesehatan Singapura, yang menyebut sang Perdana Menteri menjadi
sasaran yang spesifik dalam serangan ini.
Pemerintah Singapura memang telah mengumumkan
mengenai peretasan besar ini, yang menyatakan aksi tersebut bukanlah dilakukan
oleh hacker atau geng kriminal biasa. Meski begitu, belum terungkap
siapa dalang di balik peretasan ini.
Media lokal Singapura sendiri memprediksi
jika peretasan itu 'disponsori oleh negara'.
"(Peretasan) ini merupakan serangan
siber yang disengaja, memiliki target, dan juga direncanakan dengan
matang," ujar pemerintah Singapura, dilansir The Verge.
Perdana Menteri Lee pun memberikan komentar
terkait peretasan ini melalui akun Facebook resmi. Ia mengaku tidak tahu apa
yang dituju oleh peretas dari pencurian data pribadi dan kesehatan penduduk
Singapura.
"Mungkin mereka memburu sejumlah rahasia
gelap negara, atau sesuatu yang bisa mempermalukan saya. Jika iya, mereka akan
kecewa. Data kesehatan saya bukan sesuatu yang biasa saya sampaikan ke
orang-orang, tapi tidak ada yang saya khawatirkan tentang itu," ujar Lee.
Pemerintah Singapura telah memastikan warganya
jika data kesehatan mereka tidak ada yang diutak-atik dan tidak ada hasil
diagnosis, pengujian, atau catatan dokter yang diambil. Dari peretasan 1,5 juta
pasien, informasi yang dicuri hanyalah profil pribadi saja.
Profil pribadi ini termasuk nama, alamat,
gender, ras, tanggal lahir, dan nomor induk kependudukan, tapi bukan informasi
medis.
Peretasan SingHealth menjadi kasus terbaru
dari betapa rentannya data kesehatan digital. Sebelumnya, sebuah studi pada
tahun 2015 menunjukkan ada 29 juta data kesehatan warga Amerika Serikat yang
diretas antara tahun 2010 dan 2013.
Mendigitalisasi data kesehatan memang dapat
mempercepat proses penyembuhan, tapi terlalu luasnya data-data kesehatan itu
disimpan membuatnya rentan diserang hacker.
Sumber
: kumparan.com